Tuesday 18 June 2013

Keberuntungan Tak Sengaja 

Ada saatnya kita sangat menginginkan sesuatu, tapi justru tidak pernah kita dapatkan. Sedangkan orang yang tidak menginginkan, malah mendapatkannya. Dengan mudah. Tanpa niat. Tanpa keinginan dan perencanaan pada awalnya. Saya menamai kejadian-kejadian semacam itu sebagai ‘keberuntungan tak sengaja.’


Misalnya dialami oleh teman saya. Teman saya ini dulu sedang menganggur. Lalu dia mendatangi sebuah hotel. Melamar kerja di hotel itu.

Sebenarnya dia tidak tahu apa di sana sedang ada lowongan apa tidak. Dia iseng-iseng saja melamar.
Dia melamar tidak sekadar menitipkan lamaran di pos satpam atau meja resepsionis, dengan harapan orang di pos satpam atau meja resepsionis akan menyampaikan surat lamaran kepada hrd departemen. Dia langsung menemui salah satu manajer yang bertugas di sana.

“Saya tahu dari Pak Agus, Pak, kalau di sini lagi terima karyawan.”

“Oh iya. Pak Agus dulu kerja di sini. Ya sudah, kapan kamu bisa mulai (kerja di sini)?”

Beruntung sekali teman saya. Karena dia sama sekali tidak kenal dengan Pak Agus. Kalau sampai ada yang namanya Pak Agus yang dikenal oleh orang hotel itu, apa jadinya teman saya? 

Lain lagi cerita yang saya dengar dari seorang teman dubber. Bahwa dia menjadi dubber juga tanpa sengaja. Ketika seorang temannya meminta menemaninya ke studio dubbing. 

Dia datang bukan untuk rekaman dubbing. Tahu-tahu, dia malah disuruh test voice oleh salah satu pengarah dubbing di sana. Seterusnya dia mulai diajak dubbing. Dalam perkembangannya, karir dubbingnya melewati teman yang minta ditemaninya.

Bidang seni akting film dan sinetron lebih banyak lagi mengoleksi artis yang menjadi artis tanpa disengaja. Mungkin Anda pernah menyimak acara infotainment, di mana diceritakan seorang artis yang pertama bermain film justru ketika dia sedang menonton syuting film.

Nah, lain lagi cerita yang dialami oleh teman SD saya. Saat itu kami baru kelas dua awal. Guru memberi kami pe er matematika, perihal tambah-tambahan sederhana. 

Kami menyalin tugas yang ditulis guru di papan tulis. Tapi pada hari pengecekan peer, buku teman saya tertinggal di rumah. Lalu dia bikin soal sendiri, dengan angka-angka tambahan yang sama sekali berbeda dengan yang sebenarnya dibuat oleh guru. Karena dia mengerjakan ‘soal karangan’ itu dengan benar, guru pun memberinya nilai 100. 

Mungkin susah untuk benar-benar menerima suatu keberuntungan yang sungguh-sungguh sangat kita inginkan. Namun siapa tahu, barangkali keberuntungan tak disengaja bisa kita dapatkan dalam kehidupan kita. Bisa jadi itulah yang terbaik buat kita.

Sahari Mountain Land, 11 Juni 2013

No comments:

Post a Comment