Bijaksana itu Relatif, Bro
Dulu saya sempat mencantumkan ‘Bijaksana’ di tengah nama fb saya.
Apakah ini aneh? Tentu banyak orang yang menilai begitu.
Salah satu yang membuat saya melakukannya ketika itu adalah karena
teman-teman ada yang menamai fb-nya dengan ‘Parto clalu cetia,’ ‘Jumini cewex
imoetz’ dan seterusnya.
Itu alasan secara format penaman di fb. Apa salahnya saya juga
mencantumkan kata sifat di nama saya? Dan apa kalau kata sifat yang sama pakai
itu bijaksana?
Apakah ketika itu saya sudah memiliki sifat bijaksana? Ini yang ingin
saya tegaskan.
Kalau soal bijaksana, sebenarnya hanyalah angan-angan saya. Impian
saya. Saya sungguh ingin agar memiliki sifat bijaksana. Berpikir bijaksana. Bertindak
bijaksana. Dalam kehidupan saya sehari-hari. Dalam situasi apa pun.
Mengapa saya ingin bijaksana? Menurut saya bijaksana itu sangat
penting. Bijaksana adalah sifat yang akan membuat kita berpikir seimbang. Bertindak
seimbang. Bijaksana akan menempatkan kita pada porsi yang tepat dalam suatu
keadaan.
Waktu saya menyertakan kata bijaksana, saya sedang bercita-cita menjadi
orang bijaksana. Banyak sekali teman-teman saya yang sudah bijaksana. Saya
ingin seperti mereka.
Aneh, ketika cita-cita menjadi bijaksana sampai dicantumkan di nama fb.
Seolah-olah memamerkan atau mempromosikan diri sebagai orang yang sudah bijaksana.
Pendapat seperti ini setidaknya saya dengar dari teman saya. Belum lama
ini. Secara langsung dia sampaikan saat kami mengobrol di rumahnya.
“Dulu tuh aneh deh. Waktu baru mau add fb loe. Kenapa nama fb loe ada
bijaksana-nya? Tapi kita baru kenal. Gue simpen aja pertanyaan gue.”
“Sebenernya gue juga belum bijaksana, Bro. Lagian kan ada tuh nama
orang Jawa ‘Wicaksana’? Itu berisi harapan, kan?”
“Bijaksana itu relatif, Bro.”
Aku terdiam.
“Bahkan dalam satu kasus yang sama, satu orang nganggep kita bijaksana.
Yang lain bisa aja kebalikannya.”
Benar. Bijaksana memang hampir mirip dengan adil. Tidak ada ukuran
pastinya. Bijaksana dan adil bukan seperti satu di tambah satu sama dengan dua.
Saya menyertakan bijaksana di nama fb saya selama dua bulan. Saat teman
saya mengungkapkan keheranannya, bijaksana sudah dihapus satu setengah tahun
sebelumnya.
Ada rasa lega. Atau rasa malu yang sedikit terhindarkan mendengar
kritikan teman ini. Coba bayangkan kalau dia mengatakan unek-uneknya, padahal
saya masih menyertakan bijaksana?
Tapi meski begitu, saya masih sangat ingin bisa bijaksana. Semakin saya
menginginkannya, semakin saya merasa belum bijaksana. Sampai muncul pertanyaan
buat diri sendiri: “Kapan kamu belajar bijaksana?”
Bridge Village, 4 Juni 2013
No comments:
Post a Comment