Thursday 6 June 2013

Bijaksana itu Relatif, Bro

Dulu saya sempat mencantumkan ‘Bijaksana’ di tengah nama fb saya. Apakah ini aneh? Tentu banyak orang yang menilai begitu.

Salah satu yang membuat saya melakukannya ketika itu adalah karena teman-teman ada yang menamai fb-nya dengan ‘Parto clalu cetia,’ ‘Jumini cewex imoetz’ dan seterusnya.

Itu alasan secara format penaman di fb. Apa salahnya saya juga mencantumkan kata sifat di nama saya? Dan apa kalau kata sifat yang sama pakai itu bijaksana?

Apakah ketika itu saya sudah memiliki sifat bijaksana? Ini yang ingin saya tegaskan.

Kalau soal bijaksana, sebenarnya hanyalah angan-angan saya. Impian saya. Saya sungguh ingin agar memiliki sifat bijaksana. Berpikir bijaksana. Bertindak bijaksana. Dalam kehidupan saya sehari-hari. Dalam situasi apa pun.

Mengapa saya ingin bijaksana? Menurut saya bijaksana itu sangat penting. Bijaksana adalah sifat yang akan membuat kita berpikir seimbang. Bertindak seimbang. Bijaksana akan menempatkan kita pada porsi yang tepat dalam suatu keadaan.

Waktu saya menyertakan kata bijaksana, saya sedang bercita-cita menjadi orang bijaksana. Banyak sekali teman-teman saya yang sudah bijaksana. Saya ingin seperti mereka.

Aneh, ketika cita-cita menjadi bijaksana sampai dicantumkan di nama fb. Seolah-olah memamerkan atau mempromosikan diri sebagai orang yang sudah bijaksana.

Pendapat seperti ini setidaknya saya dengar dari teman saya. Belum lama ini. Secara langsung dia sampaikan saat kami mengobrol di rumahnya.

“Dulu tuh aneh deh. Waktu baru mau add fb loe. Kenapa nama fb loe ada bijaksana-nya? Tapi kita baru kenal. Gue simpen aja pertanyaan gue.”

“Sebenernya gue juga belum bijaksana, Bro. Lagian kan ada tuh nama orang Jawa ‘Wicaksana’? Itu berisi harapan, kan?”

“Bijaksana itu relatif, Bro.”

Aku terdiam.

“Bahkan dalam satu kasus yang sama, satu orang nganggep kita bijaksana. Yang lain bisa aja kebalikannya.”

Benar. Bijaksana memang hampir mirip dengan adil. Tidak ada ukuran pastinya. Bijaksana dan adil bukan seperti satu di tambah satu sama dengan dua.

Saya menyertakan bijaksana di nama fb saya selama dua bulan. Saat teman saya mengungkapkan keheranannya, bijaksana sudah dihapus satu setengah tahun sebelumnya.
Ada rasa lega. Atau rasa malu yang sedikit terhindarkan mendengar kritikan teman ini. Coba bayangkan kalau dia mengatakan unek-uneknya, padahal saya masih menyertakan bijaksana?

Tapi meski begitu, saya masih sangat ingin bisa bijaksana. Semakin saya menginginkannya, semakin saya merasa belum bijaksana. Sampai muncul pertanyaan buat diri sendiri: “Kapan kamu belajar bijaksana?”


Bridge Village, 4 Juni 2013

No comments:

Post a Comment