KH. Hasyim Asy'ari Pahlawan Indonesia
Catatan saya soal Film Sang Kiai
Membaca judul film ini, langsung menimbulkan suatu kesan atau ingatan di benak saya. Ingatan bahwa judul ini, seolah-olah dipaksa mengekor atau mengikuti judul film-film sebelumya. Setidaknya ada dua film besar yang memakai kata Sang. Yaitu Sang Penari dan sang Pencerah. Saya tidak tahu pasti apa alasan utama tim kreatif memakai judul Sang Kiyai untuk film ini.
Catatan saya soal Film Sang Kiai
Membaca judul film ini, langsung menimbulkan suatu kesan atau ingatan di benak saya. Ingatan bahwa judul ini, seolah-olah dipaksa mengekor atau mengikuti judul film-film sebelumya. Setidaknya ada dua film besar yang memakai kata Sang. Yaitu Sang Penari dan sang Pencerah. Saya tidak tahu pasti apa alasan utama tim kreatif memakai judul Sang Kiyai untuk film ini.
Namun saya mengesampingkan
kekecewaan pada judul. Saya mencoba berpikir positif. Saya putuskan untuk menonton
pada hari kedua pemutaran film ini.
Rasanya saya tidak salah, bahwa
film ini termasuk film yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia. Utamanya
umat Islam. Utamanya lagi warga NU.
Dibintangi antara lain oleh
Ikranagara, Christine Hakim, dan Agus Kuncoro, Sang Kiai memang dirancang sebagai
film yang mengisahkan perjalanan KH. Hasyim Asy’ari, tokoh pendiri NU. Yang membuat saya terkejut, dalam film ini
bukan saja menceritakan sepak terjang Hasyim Asy’ari dalam memperjuangkan NU,
yang semula saya kira hanya berkutat pada dunia kepesantrenan saja.
Film ini diwarnai juga oleh
kisah bagaiman KH.Hasyim Asy'ari menghadapi kontra dari seorang santrinya. Kisah
ketaatan istri terhadap suaminya. Ada lagi adegan prajurit yang sudah berada di
medan perang. Tapi malah ketakutan dalam berperang. Dan karenanya membuat repot
santri/prajurit lainnya.
Tokoh Bung Tomo, meski muncul
dua scene dari keseluruhan film, juga membuat saya tahu kalau dia cukup dekat
dengan KH.Hasyim Asy’ari. Diceritakan Bung Tomo sebelum berpidato meminta
nasihat kepada KH.Asy’ari. Bung Tomo diberi wejangan agar sebelum dan sesudah
berpidato selalu menyebut kalimat ilahi.
Saking banyaknya hal lain yang
diceritakan dalam film, saya hampir menilai bahwa sebenarnya film ini tidak
melulu sebagi film NU. Kiranya saya tidak berlebihan kalau KH.Hasyim Asy’ari,
bukan saja pahlawan NU. Lewat adegan-adegan perlawanan menghadapi Jepang dan
Belanda, saya menilai bahwa KH. Hasyim Asy'ari bisa dikatakan sebagai pahlawan
milik bangsa.
Kemudian saya sampai pada
kesimpulan, film ini pantas untuk menjadi referensi bagi bangsa Indonesia agar
bersemangat memperjuangkan dan membela tanah air kita, mencintai Indonesia. Untuk
warga NU, saya rasa bisa menjadi semacam cermin dan pemacu, agar bagaimana
menjadi warga NU yang seharusnya. Seperti cita-cita awal pendirinya.
Lubang
Buaya, 2 Juni 2013
No comments:
Post a Comment